Prebiotik, Probiotik, Anitibiotik, dan Diare

Juni 14, 2021

           Setiap individu memiliki 100-1000 mikroba khas yang menghuni sistem saluran pencernaannya. Jumlah sel bakteri menyumbang setengah dari bobot total mikroba kolon dan 10x lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel pada jaringan yang menyusun tubuh manusia. Perkembangan koloni bakteri dimulai ketika bayi keluar dari rahim ibunya dan terpapar lingkungan yang tidak steril. Koloni ini kemudian berkembang dan bertransformasi seiring waktu, dipengaruhi oleh makanan, gaya hidup, genome, dan penggunaan antibiotik.


Probiotik mulai menarik perhatian peneliti karena ditemukannya Bifidobacteria pada bayi ASI, yang dimana bakteri ini tidak ditemukan pada bayi dengan susu formula yang mengalami diare. Temuaninimendasariasumsibahwabakteriprobiotikberperandalamkesehatan dan mendorongpenelitian lain yang kemudianmenunjukkanbahwaprobiotik di ususmampumempengaruhisistemimun, digesti, metabolisme, dan komunikasi otak-saluran cerna. Adanya perubahan komposisi bakteri ini akan beresiko menimbulkan suatu penyakit. Penelitian Mengenai probiotik dilanjutkan, menghasilkan temuan bahwa probiotik berpotensi sebagai anti-radang pada saluran pencernaan, membantu mengatasi kelebihan berat badan dan obesitas, memiliki aktivitas angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) yang berperan dalam penyembuhan luka, bahkan sebagai anti kanker.


Karena potensinya tersebut, muncul pendapat: daripada menciptakan antibiotik baru (akibat tingginya angka resistensi terhadap antibiotik), bukankah lebih baik mendesain probiotik yang mampu mengalahkan bakteri patogen? Tentunya ini bukan hal yang mustahil, meskipun butuh waktu yang cukup lama, mengingat bakteri adalah mikroorganisme yang hanya bisa bekerja jika hidup, maka perlu perhatian yang lebih khusus saat proses produksi dan pendistribusiannya.


Istilah probiotik sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti “for life” atau untuk kehidupan. Definisi terbaru diformulasikan pada tahun 2002 oleh FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nation) dan WHO (World Health Organization), yang menyatakan bahwa probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yang ketika digunakan dalam jumlah yang tepat akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan tubuh. Probiotik umumnya berasal dari kelompok genus bakteri Lactobacillus, Bifidobacterium, Lactococcus, Streptococcus, dan Enterococcus


Adapun prebiotik adalah suatu komponen makanan yang tidak tercerna, tetapi mampu menstimulasi pertumbuhan atau aktivitas dari mikroba yang ada pada saluran cerna, yang akhirnya secara tidak langsung juga akan berkontribusi dalam menjaga kesehatan tubuh. Probiotik dapat berasal dari buah-buahan, sayur-sayuran, sereal, atau tanaman sumber glukosa lainnya. Tomat, pisang, asparagus, beri, bawang putih, bawang merah, sayuran hijau, buncis, oat, dan gandum adalah beberapa sumber prebiotik yang potensial. Dalam produk-produk suplemen atau nutrisi, prebiotik dapat ditambahkan dalam bentuk laktulosa, fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakarida (GOS), isomaltooligosakarida (IMO), xilooligosakarida (XOS), transgalaktosakarida (TOS), dan oligosakarida kacang kedelai (SBOS).


          Apakah prebiotik dan serat itu sama?

       Meskipun umumnya prebiotik dan serat sama-sama berupa polisakarida yang tidak dicerna oleh tubuh, tetapi sebenarnya prebiotik dan serat adalah dua hal yang berbeda. Probiotik hanya digunakan atau difermentasikan oleh bakteri tertentu, sifatnya lebih spesifik. Sementara serat digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme yang ada di saluran cerna, tidak hanya terbatas digunakan oleh suatu probiotik. Karenanya, probiotik bisa berupa serat, tetapi serat belum tentu adalah prebiotik.

      

       Nah, dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa apa yang kita makan tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat yang ada di saluran cerna kita. Oleh karena itu, terlalu sering mengonsumsi junk food atau makanan cepat saji dapat berdampak buruk bagi tubuh. Fast food atau junk food memiliki kandungan lemak yang tinggi, namun rendah komponen sayur-sayurannya, yang mana sayur merupakan salah satu sumber prebiotik. Minimnya asupan prebiotik tentunya akan menekan jumlah probiotik di dalam saluran pencernaan. Sebagaimana yang disampaikan di awal, perubahan komposisi bakteri dalam saluran cerna dapat meningkatkan resiko untuk mengalami suatu penyakit.



           Lalu, untuk diare apakah selalu diperlukan probiotik?

          Untuk kasus diare, sifat probiotik adalah sunnah, sedangkan yang sifatnya wajib adalah oralit dan zinc. Probiotik mampu mencegah bakteri penyebab diare menempel pada epitel saluran cerna, menekan peningkatan jumlah bakteri penyebab penyakit dan membantu meningkatkan sistem daya tahan tubuh, yang akhirnya akan membantu mempercepat kesembuhan diare. Selain itu, probiotik juga mampu meningkatkan jumlah antibodi, yang akan membantu melawan infeksi virus. Oleh karena itu, baik untuk diare yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, tidak masalah jika ingin memberikan tambahan probiotik. Pun jika tidak diberikan, tidak masalah, karena pada umumnya diare akan sembuh sendiri. Pada kasus diare, yang terpenting adalah menjaga kadar cairan dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi yang bisa berakibat fatal.



Sumber:

  1. Markowiak, P., &Śliżewska, K., 2017, Effects of Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics on Human Health, Nutrients, 9(9), 1021. doi:10.3390/nu9091021.

  2. Rout George Kerry, Jayanta Kumar Patra, Sushanto Gouda, Yooheon Park, Han-Seung Shin, Gitishree Das, 2018, Benefaction of Probiotics for Human Health: A review, Journal of Food and Drug Analysis, Volume 26, Issue 3, Pages 927-939, ISSN 1021-9498, https://doi.org/10.1016/j.jfda.2018.01.002.

  3. Shi, L. H., Balakrishnan, K., Thiagarajah, K., Mohd Ismail, N. I., & Yin, O. S., 2016, Beneficial Properties of Probiotics, Tropical life sciences research27(2), 73–90. doi:10.21315/tlsr2016.27.2.6

  4. Kechagia, M., Basoulis, D., Konstantopoulou, S., Dimitriadi, D., Gyftopoulou, K., Skarmoutsou, N., &Fakiri, E. M., 2013, Health Benefits of Probiotics: A Review, ISRN Nutr, 481651. doi:10.5402/2013/481651







You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images