Antihistamin sebagai Antitusif
Juni 25, 2021Obat batuk-pilek OTC (over the counter) sudah sejak lama dikritik karena kurangnya bukti-bukti yang mendukung efektivitasnya. Berdasarkan FDA, ada tiga obat OTC yang diakui sebagai antitusif non-narkotik, yaitu chlopedianol, dextrometorphan, dan antihistamin-H1 generasi pertama, diphenhydramine.
Antihistamin telah digunakan selama beberapa dekade sebagai obat batuk. Mekanismenya diduga tidak melalui jalur kompetisi dengan histamin, melainkan melalui jalur antikolinergik, dimana antihistamin memiliki efek 'mengeringkan' (drying action) pada membran mukosa.
Terdapat beberapa uji klinis yang melibatkan penggunaan antihistamin, terutama difenhidramin, untuk meredakan gejala batuk pilek. Akan tetapi, uji klinik yang melaporkan bahwa difenhidramin terbukti efektif dalam menurunkan intensitas batuk, ternyata melibatkan subyek uji yang sedikit. Hal ini tentu mempengaruhi kebermanfaatan hasil yang diperoleh. Idealnya, semakin banyak subyek uji, maka akan semakin merepresentasi populasi. Dengan demikian, jika suatu obat terbukti efektif pada subyek uji tersebut, maka obat tersebut diperkirakan juga akan memberikan efek yang sama jika digunakan oleh populasi atau orang lain.
Salah satu paper yang mendukung penggunaan difenhidramin sebagai antitusif yaitu hasil studi oleh Dicpinigaitis et al. Dalam penelitiannya, mereka menguji efektivitas difenhidramin pada pasien yang mengalami infeksi saluran nafas atas viral akut (common cold atau salesma). Hasilnya, difenhidramin terbukti mampu menghambat sensitivitas refleks batuk pada pasien dengan batuk patologis. Namun yang perlu digarisbawahi kembali, subyek uji dalam penelitian ini juga cukup sedikit, hanya 22 pasien. Selain itu, sirup difenhidramin yang diberikan kepada pasien juga mengandung theobromin dari natural cocoa yang digunakan sebagai perasa sirup. Dalam studi lain, theobromin dilaporkan memiliki efek antitiusif. Meskipun begitu, dosis theobromin dalam sirup tersebut cukup rendah untuk bisa bekerja sebagai penekan respons batuk. Peneliti sendiri berasumsi rasa cocoa tersebut kemungkinan berperan dalam keseluruhan efek yang teramati.
Referensi:
Rutter, P. 2013. Community Pharmacy Symptoms, Diagnosis, and Treatment. Elsevier. China.
0 komentar