Agustus 15, 2021
Pada angin yang berhembus malam itu, adakah ia ingat namamu?
Ia terdiam, pikirannya menjelma resah dalam hening yang berkabung. Malam membeku, mengungkungnya dalam dingin yang aneh. Waktu seakan sengaja bergerak lebih lambat, seolah mendramatisir rasa nyeri yang perlahan merambat di dadanya. Bulan menggantung separuh. Bintang berkelip gamang.
Melihatnya yang hanya tertunduk, menatap kosong pada buku-buku jarinya, membuatku bertanya-tanya. Bagaimana mungkin senyum dan binar di matanya, menghilang begitu saja dalam semalam?
Malam itu, ia buatkan pusara untuk semua khayalan menua bersamanya. Tapi terlalu sering ia bertakziah, semakin dalam tergali luka itu. Mana yang fakta dan mana yang fana, tak lagi bisa ia bedakan. Ia terperangkap dalam lubang jerat hitam yang dibuatnya sendiri. Hingga akhirnya luka itu, rasanya tak akan bertemu dengan sembuhnya.
Tapi ... di dunia ini, siapa yang mampu melawan waktu?
Karena selamanya terletak pada kesementaraan, tiap-tiap sesuatu memiliki masa berlakunya. Begitu juga dengan luka yang mengendap pekat di hatinya. Semoga, semoga saja begitu.
0 komentar