Efek Samping Obat, Mengapa Bisa Terjadi?

Desember 25, 2020

Kenapa selain memberikan efek terapi, obat juga memberikan efek samping?

    Efek samping, atau yang juga dikenal sebagai adverse effects merupakan respons yang tidak diharapkan dari suatu obat, diluar efek terapinya. Obat memberikan efek, baik efek terapi maupun efek samping, melalui interaksinya dengan terget molekular. Target ini bisa berupa reseptor, enzim, atau hormon. Efek samping dapat terjadi melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme efek terapi, maupun mekanisme yang berbeda. Nah, berdasarkan hubungannya dengan efek terapi yang diharapkan, efek samping dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Efek samping yang berkaitan dengan efek terapi obat.

        Efek samping kategori ini umumnya timbul ketika dosis yang digunakan terlalu tinggi. Contohnya, obat hipertensi ketika digunakan dalam rentang terapi yang dapat ditoleransi maka akan timbul efek penurunan tekanan darah, tetapi begitu digunakan dosis tinggi, akan timbul efek pusing hingga pingsan.

2. Efek samping yang dimediasi oleh target terapi obat.

     Efek samping ini terjadi ketika target obat memiliki fungsi yang berbeda pada jaringan yang berbeda. Contohnya morfin (analgesik golongan opioid) memberikan efek meredakan nyeri ketika berikatan dengan reseptor μ-opioid di otak, tetapi ketika morfin juga berikatan dengan reseptor μ-opioid di saluran cerna, yang timbul adalah efek konstipasi karena penghambatan gerak persitaltik.

3. Efek samping yang dimediasi oleh off-target terapi obat.

      Efek samping ini timbul ketika obat juga berikatan dengan molekul lain selain molekul yang ditargetkan. Hal ini dapat terjadi karena sifat obat yang tidak spesifik. Contohnya adalah difenhidramin (antihistamin). Obat ini bekerja dengan menghambat histamin, yang merupakan salah satu mediator alergi, untuk meringankan gejala alergi. Disisi lain, difenhidramin juga berikatan dengan reseptor asetilkolin, menyebabkan timbulnya efek mengantuk dan mulut kering.


      Seperti yang terlihat pada gambar diatas, efek samping dapat terjadi karena obat berikatan dengan lebih dari satu molekul atau obat mengaktifkan lebih dari satu molecular pathway ketika berikatan dengan targetnya.


      Ilustrasinya seperti gambar diatas, ketika suatu obat berikatan dengan targetnya, akan ada banyak jalur yang aktif, dengan efek yang mungkin berbeda-beda. Itulah kenapa setiap obat hampir selalu memiliki efek samping. Disamping karena interaksi obat dengan komponen biologi dan kimia tubuh, efek samping juga dapat timbul karena perbedaan genetik antara orang yang satu dengan orang yang lain. Contohnya, rifampisin (antibiotik untuk TB) dengan dosis normal akan memberikan efek toksik ketika diberikan pada pasien dengan genetik pemetabolisme lambat (slow metabolizer). Pada orang dengan gen tersebut, rifampisin akan dikeluarkan dari tubuh secara lebih lambat, akibatnya terjadi akumulasi yang berpotensi menimbulkan efek samping.

Pustaka:

  1. Timilsina, M., Tandan, M., d’Aquin, M. et al. Discovering Links Between Side Effects and Drugs Using a Diffusion Based Method. Sci Rep 9, 10436 (2019). https://doi.org/10.1038/s41598-019-46939-6.
  2. Berger, Seth I, and Ravi Iyengar. “Role of systems pharmacology in understanding drug adverse events.” Wiley interdisciplinary reviews. Systems biology and medicine vol. 3,2 (2011): 129-35. doi:10.1002/wsbm.114.
  3. https://www.rxlist.com/types_of_side_effects_and_fda_regulations/drugs-condition.htm

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images