Beberapa waktu belakangan, aku disibukkan dengan perjuangan untuk keluar dari masa-masa sulit. Ditengah dilema karena aku memiliki hak untuk marah, tapi anehnya aku merasa bersalah jika marah. Karena ada emosi yang tertahan dan dipaksa terpendam, akhirnya emosi itu keluar dalam bentuk lain. Mulai timbul sakit kepala dan jantung berdebar yang mengganggu aktivitas.
It felt so uncomfortable, and terrible.
Sampai akhirnya di suatu maghrib, setelah terus-terusan berusaha tegar dan semangat, aku menyerah. Menangis sejadi-jadinya, meluapkan emosi, mengeluh dan protes pada Allah setelah sholat. 'Kenapa sih harus seperti ini? Apa sih yang salah? Why things always defiating too far from what I expected and work hard for?' adalah pertanyaan yang berulang-ulang terputar di kepalaku.
Tapi setelah episode tantrum ini, aku merasa lebih baik.
Beberapa hari kemudian, seorang teman lama tiba-tiba menyapa di Whatsapp. Ternyata dia mau mengabarkan berita baik, berita yang bisa sedikit mengangkat keresahan dan kegelisahan yang kualami. Alhamdulillah, merasa sangat bersyukur.
Ditengah rasa syukur dan gembira itu, aku merasa, rasanya sulit untuk tidak berpikir bahwa Allah tuh masih sayang lho, sama aku. That Allah is taking care of me, that Allah wants me to keep going on and not giving up. So I need to continue doing the good deeds while living in this world. I'm under Allah's care, so I don't need to worry.
Akhirnya, aku tetap melanjutkan perjuangan seperti biasa. Sambil berharap, hari yang lebih baik, hari dimana kerja kerasku terbayarkan, akan segera datang.